Kebangkitan Turki Di bawah Panji Erdogan

Reccep Tayyip Erdogan lahir pada 26 Februari 1954. Ia terlahir dari kalangan keluarga nelayan dan memiliki dua saudara perempuan. Ia memiliki istri bernama Emine Gülbaran dan memiliki 4 anak. Sejak masih anak-anak Erdogan sudah diajari pendidikan Islam, ia belajar di Sekolah Imam Hatif Rize. Kemudian ia melanjutkan pendidikan dengan berkuliah di jurusan ekonomi dan bisnis Universitas Marmara, Turki.

Karir politik erdogan dimulai ketika ia bergabung dengan partai yang dipimpin oleh Erbakkan sebelum ada pelarangan partai. Erbakkan merupakan pendiri partai Keselamatan Nasional yang secara terang-terangan berhaluan Islam yang dibubarkan oleh militer. Ketika partai sudah diperbolehkan lagi di Turki, Erogan dan para mantan pengurus partai Erbakkan mendirikan partai bernama Refah atau partai kesejahteraan. Erdogan sempat menjadi ketua partai tersebut untuk provinsi Istanbul.

Pada tahun 1994, Partai Refah memenangkan suara terbanyak di wilayah Istanbul. Pada saat itu, Erdogan diangkat menjadi walikota Istanbul Raya serta menjadi Ketua Dewan Metropolitan Istanbul Raya. Selama Ia menjabat walikota Istanbul Raya, ia telah membuat kebijakan-kebijakan strategis, dengan membangun prasarana dan jalur-jalur transportasi Istanbul, pengadaan air bersih,  pengurangan polusi dengan penanaman ribuan pohon-pohon di jalan-jalan kota dan penertiban bangunan. Selain itu, ia melarang praktek-praktek prostitusi dengan memberikan pekerjaan yang lebih terhormat kepada pekerja seks dan pembuatan zona-zona untuk aktivitas masyarakat seperti zona untuk pendidikan sehingga adanya pembatasan masyarakat untuk tidak minum-minuman keras di tempat-tempat yang sudah diatur.

Pada tahun 1997, Erdogan dipenjarakan akibat puisinya yang kontroversial karena menentang paham sekuler di Turki dan berkeinginan mengembalikan Islam sebagai satu-satunya sistem dalam seluruh aspek kehidupan. Kemudian selang setahun, partai Refah dibubarkan. Ia dipenjara selama sembilan bulan. Setelah empat bulan dipenjara, ia mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalkinma Partisi). Pada pemilihan umum tahun 2002, Partai AK memenangkan dua pertiga kursi di parlemen, membentuk pemerintahan partai tunggal setelah 11 tahun. Namun, karena masih dalam masa hukuman, Erdogan tidak bisa menjadi perdana menteri saat itu; sehingga Abdullah Gul, kemudian diangkat menjadi perdana menteri.

Pada bulan Desember 2002, Dewan Pemilihan Agung membatalkan hasil pemilihan umum 2001 karena disinyalir terjadi ketidakberesan pemilihan. Pemilihan baru dijadwalkan pada 9 Februari 2003. Di pemilu ulangan inilah ia kemudian kembali unggul. Erdogan pun diangkat menjadi perdana menteri. Walau berada di tengah masyarakat dan negara Turki yang sekuler, Erdogan dan partainya tetap ingin memperjuangkan nilai-nilai Islam yang redup di negara yang pernah berdiri Kekhalifahan Islam terakhir ini. Kemudian

Sementara itu, pada 10 Agustus 2014, Turki menggelar pemilihan presiden secara langsung untuk pertama kalinya setelah 91 tahun. Selama ini, Presiden Turki dipilih oleh parlemen. Erdoğan terpilih menjadi Presiden Turki ke 12 hasil pemilihan presiden Turki yang digelar pada 10 Agustus 2014. Erdoğan memenangi pemilihan presiden dengan perolehan 52 persen mengalahkan dua pesaingnya. Pada 28 Agustus, Erdoğan resmi dilantik menjadi Presiden Turki ke-12. Ia dilantik di kantor kepresidenan di Ankara.

Pada kemenangan Presiden ini, ada prasangka dari masyarakat Turki takut  sosok Erdogan menjadi seorang diktaktor. Ketakutan masyarakat tersebut terlihat dari ambisi Erdogan yang ingin membangun kejayaan ottoman. Ia ingin menjadikan Turki sebagai negara percontohan bagi negara Islam lainnya dengan cara mengadopsi sistem-sistem yang terkandung dalam Islam.

Adanya pertentangan terhadap Erdogan disebabkan oleh kalangan sekuler takut akan dikembalikannya sistem Islam seperti dulu sebelum Turki berlandaskan sekuler yang dibangun oleh Mustafa Kemal. Sehingga adanya perlawanan-perlawanan secara nyata oleh masyarakat yang menentang Erdogan. Pertentangan yang dilakukan oleh masyarakat Turki agar tetap menjadi negara sekuler seperti yang dibangun Mustafa Kemal. Selain dari dalam masyarakat Turki, negara-negara benua Eropa dan Amerika Serikat menyebut bahwa Turki sekarang menjadi seperti kacang lupa pada kulitny. Hal tersebut dikarena dulu pernah dibantu negara-negara benua eropa dan Amerika Serikat. Dengan demikian media-media baratpun memberitakan kelemahan-kelemahan Turki yang dipimpin oleh Erdogan. [Trias Wali L.]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Karakter Melalui “Prinsip Good Governance” demi Mencapai “Sila dan Tri Hita Karana”

Negara Indonesia , negeri Pancasila ini telah lama berdiri. Semenjak dibacakannya teks Proklamasi pada 17 Agustus 1945, bangsa ini t...

Pages